Monday, February 25, 2013

Computerize dalam Musik Masa Kini


Meyebut Scorpions (grup band) kita pasti ingat Jerman. Tapi di Jerman grup band bukan cuma Scorpions. Ada banyak grup band disana, salahsatunya adalah KRAFTWERK (pembangkit tenaga listrik). Nah, nama yang satu ini mungkin masih belum begitu familiar untuk sebagian pecinta musik di negeri ini. Wajar, karena genre musik yang diusungnya sedikit "tak lazim". Kalau Scorpions bergenre rock, tapi Kraftwerk lebih ke arah techno.

Grup yang bermarkas di Dusseldorf ini berdiri sejak tahun 1970 (eksis sampai sekarang), digawangi oleh Florian Schneider dan Ralf Hutter (pendiri). Dua album telah mereka buat; Kraftwerk (70) dan Kraftwerk (72), sayang keduanya kurang laku di pasaran. Boleh dibilang kedua album tersebut merupakan masa pencarian jati diri, masih berbasis pada instrumen konvensional dengan bumbu eksperimental yang kental. Baru setelah 1974 album Autobahn diluncurkan ternyata mendapat respon positif dari penikmat musik. Inilah satu langkah awal yang menandai debut mereka di blantika musik internasional.

Konsep musik Kraftwerk adalah minimalis, baik dari segi lirik, harmonisasi lagu (yang diulang-ulang). Kesan monoton terjadi karena kesengajaan, mereka bilang itu refleksi nasib manusia berpacu menghadapi perkembangan teknologi yang begitu cepat. Lirik lagu kebanyakan mengungkap sifat paradoks kehidupan perkotaan modern, rasa yang kuat dari keterasingan. Tapi secara umum musik Kraftwerk bisa dibilang " Musik masa depan bagi era dunia komputer ". Begitu Hutter pernah bilang. Dan dia konsisten dengan ucapannya hingga sekarang.

Kesan minimalis kian terasa ketika melihat pertunjukan live mereka. Di panggung, kita tidak akan mendapatkan apa yang biasa disajikan oleh band-band pada umumnya. Tak ada perangkat drum yang bejibun, tak ada gitar dan konco-konconya, tak ada sound system dan lighting yang mendominasi area panggung. Karena semua instrumen itu sudah "disederhanakan" oleh mereka dan dikemas kedalam komputer.

Asal tahu saja, drum komputer / drum machine pertama kali digunakan dan dipatenkan oleh mereka pada 1977. Begitupun dengan alat yang dinamakan Vocoder, sejenis alat yang bisa merubah / memprogram suara manusia menjadi seperti suara robot (dihasilkan oleh komputer Speech Software). Juga Minimoog, salahsatu program keyboard yang bisa menghasilkan bermacam suara.

Jadi tidaklah heran, jika mereka tampil di panggung yang terlihat hanya jajaran rapi perangkat komputer, berupa standing keyboard untuk masing-masing anggota (4 orang). Tak ada stage act yang aneh-aneh dari keempat personilnya, toh pertunjukan mereka masih enak untuk ditonton. Meski minimalis, tapi teknologi komputer dieksplore secara maksimalis, apakah ini yang dimaksud mereka di album Minimum-Maximum (2005). Ada back screen raksasa yang menyajikan visual efek yang menawan, artistik  dan sophisticated. Begitupun dengan lighting, seringkali cuma berupa lampu spot yang minim, yang menyinari keempat anggota band dari atas back screen, terciptalah garis sinar sederhana namun indah, semuanya serba minimalis, clean, smart and something different.

Berita terakhir menyebutkan, dalam konser mereka setiap pengunjung diwajibkan memakai kacamata khusus yang telah disediakan , karena pertunjukan dikemas dalam nuansa 3D. Satu lagi terobosan teknologi dalam pertunjukan musik dipelopori oleh Kraftwerk.

Sayang kesuksesan yang dicapai tidak diikuti oleh salahsatu pendiri grup ini, Florian Schneider yang menyatakan keluar dari grup pada 2008 lalu. Tinggallah Ralf Hutter satu-satunya personil asli yang tersisa.

Kraftwerk yang sekarang adalah; Ralf Hutter, Fritz Hilpert, Henning Schmitz dan Stefan Pfaffe.