Thursday, October 13, 2011

Notre Dame du Haut Chapel






"Lima tahun terasing di bukit, saya tidak dapat menjelaskan arti sebuah pekerjaan dalam kehidupan saya. Pekerjaan mungkin sekedar suka atau tidak suka, mengerti atau tidak mengerti. Apa bedanya itu bagi saya". Itu diucapkan Le Corbusier ketika merancang Notre Dame du Haut di Ronchamp, Prancis, pada tahun 1950-1955.


Notre Dame du Haut, merupakan karya besar Corbusier, bahkan bisa dibilang sebuah masterpiece dalam dunia arsitektur. Nama Corbusier menjadi terkenal karena kapel yang dibuat tanpa mementingkan prinsip kebebasan, tetapi mengutamakan kemurnian alam. Ia bahkan dianggap sebagai nabi bagi para arsitek.



Pada kapel ini tampak perbedaan karya Corbusier yang dibuat pada tahun 1920-an dengan gaya purist dan karya yang dikerjakan setelah tahun 1950-an yang dipengaruhi aliran mediterania dari timur tengah.



Kapel di Ronchamp ini juga memperlihatkan Corbusier telah menerapkan prinsip rasional sebagai dasar arsitektur modern. Beberapa arsitek yang merancang gereja meniru kapel ini. Mereka tidak memperhatikan sifat individu program Ronchamp dan keunikan lingkungan dimana kapel tersebut dibangun, sehingga hasilnya tak seunik karya Corbusier.














SANTORINI



Terletak di gugusan kepulauan Thira di laut Aegea, lebih kurang sepuluh jam perjalanan dengan kapal laut dari Athena, Yunani. Santorini tidak saja indah panoramanya, bangunan-bangunan putihnya tampil signifikan dari sisi arsitektur. Bahkan keunikannya banyak mengilhami para arsitek ternama dunia. Notre Dame du Haut Ronchamp, Prancis karya Le Corbusier, misalnya, dengan gamblang memaparkan pengaruh bangunan-bangunan di Santorini, dengan warna putih dan ketidakteraturan massanya.

Notre Dame du Haut

Batu-batu karang berkapur itulah yang dimiliki pulau ini. Tidak banyak jenis tumbuhan yang dapat hidup, hanya rerumputan dan pakis. Kekayaan alam yang dimiliki Santorini hanyalah biru dan heningnya langit sepanjang tahun. Kontur batu karang nan curam bukanlah malapetaka bagi penduduk pulau ini. Bangunan-bangunan putih yang mengikuti kontur batu karang dan berkesan tak beraturan menjadi daya pikat tersendiri Pulau Santorini.





Bentuk bangunan di pulau 'putih' Santorini lahir secara spontan, mengimbangi 'keras' nya alam. Sejauh ini masih banyak diantara kita yang masih terpaku pada mazhab-mazhab arsitektur yang terbelenggu oleh berbagai kaidah estetika dan teori. Bangunan yang lahir dari spontanitas justru tampil menjadi arsitektur signifikan di Santorini.





Lahan yang ekstrem, tidak jarang sudut-sudut tebing mencapai 45-90 derajat 'memaksa' bangunan beradaptasi mengikuti kontur lahan. Ketidakberaturan bangunan ini justru memberi 'jiwa' pada pulau ini. Bukit karang dan berkapur di tengah birunya langit dan laut tampil semarak dengan gugusan bangunan putih.



Beberapa bangunan penting seperti gereja (sebagaian besar penduduk Santorini penganut agama Kristen Orthodocks), didirikan di puncak bukit. Kubah bangunan gereja sengaja dicat biru untuk membedakan dengan bangunan biasa.



Jalan-jalan penghubung yang sempit, susunan anak tangga berliku dan curam menghasilkan sudut pandang sangat beragam. Dinding-dinding yang saling berhimpitan, bertumpuk, siluet atap-atap bangunan tampak seperti pigura alam, membingkai sunset, begitu dramatis!