
Sejak diresmikan pada 2009 lalu hingga sekarang, Jembatan Suramadu tidak terlihat adanya perkembamgan yang signifikan, baik disisi Surabaya, apalagi disisi Madura.
Pembangunan fasilitas penunjang seperti museum, rest area, resto, dan souvenir shop yang representatif seperti yang dijanjikan oleh BPWS (Badan Pengembang Wilayah Suramadu) adalah pepesan kosong belaka.
Memang ada satu fasilitas yang sudah direalisir, yaitu pangkalan angkot di daerah Kedinding (tak jauh dari kaki jembatan sisi Surabaya). Tapi entah mengapa para sopir angkot enggan singgah di terminal ini. Pembangunan pangkalan ini terkesan mubazir, tak terlihat denyut kehidupan disana.
Jembatan Suramadu kini terlihat kumuh, terutama di sekitar pantai, sampah berserakan dimana-mana, warung-warung di bibir pantai dibangun apa adanya. Terlebih disisi Madura, deretan warung di kiri-kanan jalan akses Suramadu kian mempertajam kekumuhan itu, karena tak ada penataan / planning yang jelas di area ini. Satu pemandangan yang menyakitkan sense of beauty kita, sangat mengganggu. Tak sebanding dengan sosok jembatan yang begitu anggun, gagah, dan artistik dengan anggaran dana pembangunan yang triliunnan rupiah itu.
Mungkin karena sikap "kolot" sebagian (tokoh) masyarakat Madura yang anti modernisasi dan ketatnya aturan adat / kultur yang diterapkan disana, membuat enggan investor berinvestasi di Madura.
Setahun yang lalu, saya dapat order desain resto disana. Lokasi lahan sudah ada, setrategis malah. Tapi ditengah perjalanan proses desain owner membuat keputusan mengejutkan, menghentikan proyek tersebut. Intrepreneur instinct nya mengatakan tidak prospektif.
Banyak kejadian yang membuat investor emoh tanam investasi disana. Di Pamekasan, ada pengusaha yang terpaksa menghentikan pembangunan fisik hotel nya dan berniat menjual properti yang belum jadi itu. Di Bangkalan, pembangunan kolam renang pun tidak berlanjut. Apa penyebab kedua proyek tersebut berhenti? Protes dan penolakan warga masyarakat adalah penyebabnya. Mereka beralasan, tempat-tempat tersebut akan dijadikan sarang maksiat. Nah lo, belum apa-apa sudah suudzon (negative thinking).
Dan satu lagi yang membuat investor enggan berinvestasi disana, karena banyak spekulan tanah yang ikut bermain dan menguasai mayoritas lahan sekitar akses Suramadu. Harga tanah disana membumbung gila-gilaan, out of control.
Kalau dipikir-pikir, untuk apa sebenarnya Jembatan Suramadu dibangun, kalau tidak banyak memberikan kontribusi positif terhadap aspek kehidupan masyarakat disana. Mending dulu dana pembangunan jembatan itu dialokasikan untuk membangun jembatan penyeberangan Merak - Bakauheni (lihat antrean truk berkilo-kilo meter tiap harinya). Atau, membangun jembatan Jawa - Bali yang punya mobilitas tinggi itu.