Tuesday, May 15, 2012

Immortal (Edelweis Kesepian)




Bak menggapai langit, kau rambah gunung
kau tancap kaki di ketinggian
Biar matahari membakarmu, badai memporandakan sekitarmu
kau bergeming
Tegak bertumpuh kaki ringkih mu
berpijak tanah labil, batuan tebing terjal
Dan ketika alam sembunyikan cahyanya,
kabut menghampiri selimuti senja juga malam-malam mu,
berhias kerlip jutaan bintang
Keheningan membenamkanku dalam misteri jagad raya
Hening rimba temani kesepianmu, sesepi jiwaku
Kala ufuk timur membakar cakrawala,
kau terbangun dengan embun basahi sekujur tubuh
Bak peluh bidadari, satu satu jatuh ke bumi
memancarkan lagi kilau cantik wajah mu.


Puisi persembahan kepada ' Bunga Para Dewa ', Edelweis.
Bagi para pendaki gunung pasti akrab dengan bunga yang satu ini, edelweis ( Anaphalis Javanica). Keberadaannya di sekitar puncak gunung memberikan kesan serta pemandangan yang menyejukkan. Terlebih jika medan pendakian teramat berat (kadang di tempuh berhari-hari untuk sampai puncak). Memandang edelweis bagai menemukan tombo ati / penglipurlara, bonus yang pantas diterma pendaki. Kuntumnya yang putih mungil dengan aroma khas edelweis, terlihat begitu cantik di tengah keheningan alam sekitar. Bunga ini kuat bertahan bertahun-tahun setelah dipetik. Tak heran kalau edelweis dijuluki bunga abadi, sekedar julukan tentu, karena di dunia ini tak ada yang abadi, termasuk bunga edelweis ini.

Salam rimba.
Theme song; My Immortal, Evanescence (Youtube)