Sydney Opera House (SOH) dirancang oleh arsitek muda tidak terkenal, Jorn Utson (38) dari Denmark yang memenangkan kompetisi / sayembara desain Gedung Opera ini pada tahun 1956. Dari 233 desain yang diterima, sketsa Jorn lah yang mencuri perhatian para juri, diantaranya Eero Saarinen. Idenya yang orisinal ini ternyata menimbulkan kesulitan penerjemahan didalam konstruksi sejak perletakan batu pertama pada 3 Maret 1959. sejak saat itu Jorn muda harus menghadapi pertarungan yang sangat mengoyakkan hatinya, karena pembangunan SOH tidak semulus yang dibayangkannya. Banyak pertentangan disana, masalah budget, teknis dan bahkan politik.
Pada masa konstruksi Jorn bekerja sama dengan Ove Arup berusaha menyelesaikan struktur yang sangat sulit, akibatnya terjadi pembengkaan biaya yang besar menjurus kearah pembangunan yang memicu banyak permasalahan untuk kelanjutan pembangunan .
Masa paling kritis dimulai tahun 1965 setelah terjadinya perubahan baru di negara New South Wales. Struktur yang baru diberlakukan di proyek ini, demikian juga perubahan biaya secara signifikan.
Tugas Jorn adalah membuat gambar yang diperbarui. Didalam keseluruhan proses enam tahun itu Jorn dengan hati yang sangat berat tetap mengikutin langkah pembangunan proyek ini. Namun ketika imbalan jasanya tidak dibayar lagi pada tahun 1966, Jorn memutuskan untuk pergi meninggalkan proyeknya.
Proyek SOH diselesaikan tanpa arsiteknya. Bahkan ketika acara pembukaan SOH pada tahun 1973, nama Jorn tidak disebutkan dalam naskah yang ditulis untuk dibacakan oleh Ratu Elizabeth.
Setelah hampir dua dekade dikala usia nya yang sangat tua, pemerintah Australia akhirnya mengambil keputusan untuk memperbaiki SOH dan akan diupayakan dapat menampilkan seutuh mungkin desain aslinya. Didalam enam tahun kedepan dan anggaran sekitar A$ 69 juta Gedung Opera ini akan diperluas dibagian orkestra dan auditorium akan ditata ulang. Pada kesempatan ini mutu akustik didalam Gedung Konser juga akan ditingkatkan.
Karena usianya yang sudah tua, dan mungkin kadung sakit hati, ia menolak untuk meneruskan proyek tersebut, ia menugaskan anaknya, Jan Utzon untuk mengembangkan desainnya. Inilah harga sebuah karya masterpiece, perjuangan atas idealisme dan kehormatan sang arsitek. Dalam satu kesempatan wawancara dengan William Langley dari The Australian Women's Weekly mengatakan bahwa jiwanya tidak pernah meninggalkan SOH dan ia memikirkannya setiap hari. Ketika ditanya kemungkinan ia ke Sydney untuk melihat SOH saja, Jorn menjawab: "Oh I don't need to do that, I see it every night when I close my eyes".
Si jenius muda, Jorn Utzon (38) |
No comments:
Post a Comment