Sunday, October 30, 2011

Masjid Al-Irsyad Bandung



National Frame Building Association memilih Masjid Al-Irsyad, di Kota Baru Parahyangan, Kec. Padalarang, Kab. Bandung Barat (KBB), menjadi satu-satunya bangunan tempat peribadatan di Asia yang masuk 5 besar “Building of The Year 2010″. Perhelatan akbar dari para arsitek seluruh dunia ini, menempatkan Masjid Al-Irsyad masuk dalam kategori religious architecture.


Hal yang lebih membanggakan lagi, masjid berbentuk kotak ini menjadi satu-satunya tempat peribadatan di luar gereja. Tempat peribadatan lainnya San Josemaria Escriva Church dari Meksiko, Tampa Covenant Church dari Amerika Serikat, Kuokkaia Curch dari Finlandia, dan Parish Church of St. Luke The Eva dari Prancis. Terpilihnya Masjid Al-Irsyad lewat polling di internet di situs ArchDaily.com untuk kategori rumah ibadah.



ArchDaily adalah situs publikasi arsitektur terpopuler dan berada di peringkat teratas versi Alexa Global Internet Traffic. Situs yang dikelola praktisi arsitektur dan media ini mulai beroperasi sejak 2008. Kesuksesannya berasal dari seleksi yang ketat dalam memilih karya yang layak dimuat. Sekitar 15 ribu karya arsitektur mencoba masuk ke ArchDaily setiap tahun. Masjid Al-Irsyad tampil di antara 2.000 karya yang berhasil masuk.
Sekelompok kurator kemudian menyeleksi sekitar 2.000 karya tersebut untuk masuk dalam 14 kategori Building of the Year 2010. Setiap kategori terdiri atas lima karya arsitektur. Setelah memilih 70 desain arsitektur terbaik, keputusan akhir diserahkan kepada pilihan pembacanya. Pengelola situs mengeluarkan hasil voting pada 15 Februari dan kepopuleran Masjid Al-Irsyad dikalahkan Gereja Tampa Covenant, Florida, Amerika Serikat.
“Tidak jadi masalah tidak menang,” kata Ridwan Kamil. sang arsitek. “Masuk nominasi saja sebuah prestasi buat saya.”



Lalu, apa yang membuat Masjid Al Irsyad,  yang artinya tempat pendidikan, ini berhasil menyisihkan puluhan, bahkan mungkin ratusan tempat peribadatan lainnya? Sepintas bentuk bangunan Masjid Al Irsyad tak menyerupai sebuah bangunan masjid pada umumnya yang “selalu” memiliki kubah.
Bentuknya kotak atau kubus dengan warna dasar keabu-abuan. Namun setelah masuk ke dalam masjid, kita akan merasakan sebuah kesejukan yang biasa ditemui di masjid-masjid. Ornamen di dalam masjidnya sederhana, tapi bisa dikatakan luar biasa. Dikatakan luar biasa karena arsitekturnya relatif sederhana. Tapi justru di situlah keunikannya, sederhana tapi memiliki daya magis yang luar biasa.


Dinding bangunan masjid bertuliskan dua kalimat syahadat dalam bentuk kaligrafi 3 dimensional raksasa, yang tersusun rapi dari bata berlubang. Dari sela-sela lubang itulah berembus angin dan cahaya matahari.



Meski bangunan masjidnya hanya memiliki luas sekitar 1.100 meter persegi dengan daya tampung sekitar 1.500 jemaah, namun memiliki 99 buah lampu yang bertuliskan 99 nama suci Allah SWT atau Asmaul Husna. Pada malam hari, jika semua lampu itu menyala akan terlihat kemegahannya.


Keunikan arsitektur lainnya terletak pada bentuk mihrabnya. Berbeda dengan mihrab masjid pada umumnya yang tertutup rapat oleh dinding bangunan masjid, di Masjid Al Irsyad, mihrabnya dibiarkan terbuka, sehingga nuansa alam pegunungan yang hijau terlihat jelas. Satu lagi keunikannya, mimbar khatibnya dirancang di atas air jernih yang dihiasai ikan berwarna-warni. Tepat di atas air berdiri bola besar, yang bertuliskan kaligrafi Allah SWT.


Saturday, October 29, 2011

Grande Arche




Grande Arche, merupakan bangunan monumen dan perkantoran yang terletak di pusat bisnis La Defense CBD (Central Business District) Paris, Prancis. Berbentuk kubus raksasa berdiri agak serong diujung Champs Elysees, atau 10 km dari pusat kota Paris (yang terletak tepat pada Museum Louvre). Dirancang dengan lubang besar persegi ditengah-tengahnya, bangunan ini terkenal sebagai 'jendela dunia', suatu tempat yang menghantarkan seseorang untuk menerawang ke masa depan.


Grande Arche merupakan rancangan arsitektur yang memadukan unsur filosofis dan kecanggihan struktur, membuat bangunan ini tidak hanya menjadi monumen kebanggaan warga Paris, tetapi juga masyarakat Prancis pada umumnya.


Grande Arche dirancang oleh Johann Otto Von Spreckelsen, arsitek Denmark sebagai pemenang lomba / kompetisi desain yang digagas oleh Presiden Prancis saat itu, Francois Mitterrand pada tahun 1982. Karya Otto ini dinilai sederhana dan lugas, tetapi sangat kaya makna dan sungguh samgat tepat sebagai rancangan bangunan yang merupakan sebuah simbol ujung poros historis kota Paris.


La Defense dengan Grande Arche khususnya diharapkan menjadi pusat komunikasi internosional. Di tempat ini manusia dari berbagai bangsa dapat berkumpul untuk saling belajar memahami bahasa, agama, adat istiadat, seni dan budaya. Itulah misi yang diinginkan dari bangunan ini, dan itu diwujudkan secara lugas dalam bentuk desain oleh Otto, dia menyebutnya 'mimbar untuk bertemu'. Dibawah ambang jendela tiga dimensi Grande Arche masyarakat berbagai bangsa bebas bertemu, berbincang, sekedar melepas lelah setelah bekerja, bercengkrama bersama keluarga, bahkan memadu janji bersama kekasih.


Seperti menara Eiffel, karya Otto ini juga menonjolkan kecanggihan teknologi mega struktur.Karena pertimngan keawetan dan ekonomis, struktur yang dipakai adalah beton post-tensioned. Struktur ini membuat kubus raksasa itu dibangun tanpa menggunakan expantion join. Akibatnya kubus raksasa itu seolah dapat dipindah dengan sekali angkat. Beban keseluruhan struktur bangunan ini mencapai 300.000 ton (empat kali beban struktur menara Eiffel).


Fasad yang terbentuk tampil dengan tekstur yang menyerupai micro-chip, ini merupakan suatu karya abstrak grafis yang diilhami oleh penemuan paling andal dari perkembangan ilmu pengetahuan elektronik modern.